Tips Budget Mudik

Sudah bersiap mau mudik? Wah, pasti senang ya. Bisa bertemu lagi dengan sanak saudara dalam suasana kekeluargaan dan jauh dari rutinitas bekerja yang kita lakukan sehari-hari. Tahun ini Anda mudik kemana?

Saya adalah warga Jakarta, yang punya orang tua dan kakek-nenek yang juga tinggal di Jakarta. Kebetulan juga makan eyang kakung dan eyang putri di Jakarta, jadi kami sekeluarga nyaris jarang mudik. Sebagai keturunan Solo, pada masa kecil saya dan keluarga besar hampir setiap tahun menghabiskan antara 3-5 hari di Solo untuk melihat kampung halaman kakek.

Momen masa kecil selama mudik di Solo yang masih saya ingat hingga sekarang adalah ritual naik becak ke alun-alun Keraton Surakarta, jalan-jalan ke Pasar Klewer dan minum es di warung Nini Thowong….Dan setiap hari pasti dimulai dengan sarapan Kupat Tahu langganan yang mangkal di depan rumah keluarga besar di daerah Nusukan.

Mengingat masa-masa kecil, saya jadi teringat dengan banyak teman yang masih harus mudik setiap tahunnya ke kampong halaman, terutama mereka yang sudah punya anak-anak. Tahun-tahun lalu, banyak yang mengeluhkan ke saya bahwa setelah mudik bukan hanya THR habis, tapi juga menyisakan utang yang menumpuk. Wah, solusi untuk mencegah hal ini terjadi lagi tahun ini adalah membuat budget mudik. Yuk!

Dalam mempersiapkan budget mudik hal pertama yang harus kita lakukan adalah menentukan anggaran alokasi dari THR atau simpanan yang mungkin sudah kita persiapkan sebelummya. Idealnya, alokasi budget mudik adalah sebesar 20% dari anggaran kita. Alokasinya sebagai berikut…

  1. Dana darurat: Ini penting banget ya. Supaya tidak kejeblos utang baru karena pengeluaran yang berlebihan, maka dana darurat harus dicadangkan supaya bisa dipakai di akhir masa lebaran.
  2. Pos transportasi: dana sudah disiapkan untuk servis kendaraan mudik, bensin, tol, tiket, dan transportasi selama di kota tujuan.
  3. Pos akomodasi: jika kita punya rumah tinggal di kota tujuan, maka budget akomodasi bisa untuk menambah pos makan dan jajan. Sedangkan, jika harus menginap di rumah penginapan atau hotel, maka harus disesuaikan dengan anggaran yang kita miliki.
  4. Pos makan, jajan: Nah, untuk makan harian selama di kota tujuan, harusnya bisa diambil dari gaji bulanan. Kita hanya mengalihkan makan harian di kota tempat kerja menjadi makan di kota tempat mudik.
  5. Pos belanja & oleh-oleh: Saya juga anti irit-irit dalam hal belanja di kampung halaman. Puncak penjualan dari banyak pengusaha kecil di daerah adalah pada masa mudik lebaran. Kalau kita ingin berkontribusi terhadap kemajuan perekonomian daerah, maka belanja memang harus dilakukan. Seperti moto saya selama ini: “Belanja itu harus, tapi jadi Smartshopper itu pilihan”

Live a Beautiful Life!

Published by pritaghozie

Co-founder & CEO ZAP Finance | Financial Planner & Educator | Book Author | Mother & wife.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: