Mengapa Anda berinvestasi? Sebagian orang yang saya temui mengatakan karena ingin melipatgandakan uangnya. Sebagian lagi mengatakan karena takut nilai uangnya tergerus inflasi. Sebagian lagi mengatakan tidak berani berinvestasi, karena lebih memilih yang “aman-aman” saja. Apa pun alasannya, setiap orang pasti memiliki motivasi yang mendasari keputusan investasi. Bagaimana dengan Anda?
Dalam dunia investasi, serakah (greed) dan takut (fear) merupakan dua hal yang mendorong motivasi seseorang dalam mengambil keputusan investasi. Sebelum saya bergerak lebih jauh ke investasi, ada baiknya kita ambil satu langkah mundur untuk menyamakan persepsi, bahwa ada perbedaan antara simpanan, tabungan, dan investasi.
Simpanan pada dasarnya menyisihkan dana untuk digunakan dalam waktu dekat, dalam hitungan bulan. Secara umum, simpanan ini terbagi dua, yaitu simpanan untuk berjaga-jaga dan simpanan bulanan. Simpanan untuk berjaga-jaga, akrab kita sebut dengan istilah dana darurat. Sedangkan simpanan bulanan, biasanya pengeluarannya itu sudah hampir pasti akan dilakukan. Jika Anda mendapat gaji setiap tanggal 1, pengeluaran untuk berbagai pos pasti baru akan dilakukan secara bertahap. Oleh sebab itu, anggaran untuk bulan ini disebut simpanan bulanan.
Tabungan, merupakan hasil dari proses menabung yang ditujukan untuk keperluan beberapa tahun lagi. Umumnya modal awal tidak akan berkurang secara nominal, meski secara daya beli bisa berkurang di tahun-tahun mendatang. Sedangkan investasi, merupakan proses menyisihkan uang dengan tujuan memperoleh keuntungan dan kenaikan modal di masa mendatang. Oleh sebab itu, ada risiko lebih karena Anda mengharapkan potensi imbal hasil yang lebih juga dibandingkan simpanan dan tabungan.
Adanya risiko dan potensi imbal hasil yang menyertai investasi, membuat seseorang kerap mengambil keputusan yang emosional hasil dorongan faktor serakah dan takut. Apabila Anda dapat mengenali ciri-ciri apabila Anda mulai mengalami salah satu dari dua hal tersebut, Anda dapat mengelola investasi melalui pengambilan keputusan yang rasional, terstruktur, dan sesuai dengan kebutuhan rencana keuangan masing-masing. Inilah ciri-cirinya…
Serakah memiliki perbedaan yang sangat jelas dengan hasrat. Dalam hal serakah, setidaknya ada 3 ciri khas yang dapat Anda kenali. Pertama, terus-menerus menahan potensi untung. Dalam buku Investments oleh Charles P.Jones, dikatakan bahwa “Investors tend to lose more by missing a bull market than by dodging a bear market”. Saya mengartikan kalimat panjang itu dalam satu kata: Serakah. Saat investasi Anda naik dan memberikan hasil hingga 15% dalam 2 bulan misalnya, Anda tidak segera menjual dan merealisasikan keuntungan. Alih-alih, Anda terus memegang investasi tersebut sambil berharap “Siapa tahu besok naik lagi.”.
Berikutnya, dorongan berinvestasi saat pasar naik. Saat melihat investor lain yang mungkin teman atau kolega mendapatkan keuntungan berlipat ganda karena kenaikan pasar, Anda segera tergoda dan langsung menanamkan modal. Padahal, Anda tidak paham sudah berapa lama rekan Anda berinvestasi, bagaimana profil risiko diri Anda, dan kebutuhan dana likuid dalam jangka pendek.
Terakhir, mudah tergoda tawaran menggiurkan. Mendapatkan keuntungan diatas suku bunga deposito dalam waktu singkat, siapa yang tidak mau? Wajar sekali apabila seseorang mencari alternatif berinvestasi seperti ini. Namun, faktor tamak lah yang membuat Anda menaruh kepercayaan terhadap suatu janji hasil yang too good too be true.
Sedangkan, faktor ketakutan akan membuat Anda selalu ragu-ragu dalam berinvestasi atau mengambil keputusan impulsif yang kurang rasional. Contohnya, panic selling saat pasar sedang turun dan tidak bersabar menunggu modal awal kembali ke nilai semula. Atau bahkan, Anda menjadi terlalu takut untuk berinvestasi, sehingga Anda hanya menabung saja untuk segala hal.
Keputusan investasi yang baik akan dihasilkan oleh seorang investor yang mampu menyeimbangkan dua faktor tersebut. Setidaknya, ada tiga tips yang ingin saya bagi melalui tulisan ini. Pertama, Anda tidak boleh takut untuk berinvestasi, selama sesuai dengan profil risiko dan kebutuhan investasi adalah untuk jangka panjang diatas 10 tahun.
Kedua, selalu miliki rencana investasi yaitu merealisasi saat keuntungan sudah mencapai sekian persen atau melepas saat kerugian menyentuh sekian persen. Ketiga, ambil keputusan investasi berdasarkan beberapa pilihan. Analisa sensitivitas atas investasi layak dilakukan, karena siklus bisnis pasti berpengaruh terhadap hasil investasi Anda di suatu periode.
Hasrat atau keinginan sangat diperlukan dalam berinvestasi. Tanpa adanya hasrat, Anda tidak punya dorongan untuk mau menyisihkan penghasilan. Namun, waspada apabila Anda mulai memasuki area serakah. Takut juga perlu, supaya menjaga Anda tetap waspada dan tetap memonitor perkembangan investasi. Namun, jangan lah menjadikan ketakutan sebagai hambatan Anda dalam memulai berinvestasi. Live a beautiful life!