Kisah Si Kaya & Si Miskin

Punya rumah, punya mobil, bisa liburan setiap saat, siapa yang tak mau? Untuk yang punya itu semua, kita pun langsung memberi label “Si Kaya”.  Namun, sering saya dapati orang yang dari luar tampak sangat mentereng, ternyata urusan dapurnya keropos alias miskin. Kita tentu tidak mau hanya jadi kaya, tapi mau tetap kaya sampai dengan akhir usia kita. Apa itu tetap kaya dan bagaimana caranya?

Cerita si Kaya dan si Miskin

Menurut saya, jadi kaya itu hukumnya wajib buat semua orang. Mau materialistis? Oh, bukan itu! Kita harus sadar bahwa untuk memperoleh pendidikan, rumah, pelayanan kesehatan, pakaian, dan semuanya itu tidak ada yang gratis. Bahkan seseorang yang mendapatkan beasiswa saja pasti harus menunjukkan prestasi di sekolah sebelumnya. Dan sekolah sebelumnya itu belum tentu gratis, bukan?

Suatu hari, saya bertemu dengan Rian, 35 tahun, yang bekerja sebagai konsultan hukum di firma ternama. Dengan gaji kepala dua keatas, dia dengan mudahnya mencicil mobil SUV buatan Jepang, dan kerap mengajak keluarganya makan di restoran dan hotel. Dia pun bercerita tinggal di apartemen mewah di tengah kota Jakarta dan anaknya bersekolah di SD internasional.

Pada kesempatan lain, saya bertemu dengan Budi, 32 tahun, seorang karyawan biasa yang hidup dengan keluarganya di pinggiran Jakarta. Hidupnya relatif sederhana, punya 1 mobil, dan liburan keluarga hanya saat mudik lebaran.

Setelah sesi financial check-up dengan planner kami, siapa sangka. Kekayaan bersih Rian ternyata minus 50 juta rupiah, karena tidak punya tabungan apalagi investasi. Apartemen mewahnya hanyalah kontrakan dan mobilnya masih nyicil. Sedangkan Budi, sudah punya rumah sendiri, mobil sederhananya sudah lunas, sehingga kekayaan bersihnya positif 350 juta rupiah. Sekarang, siapa yang sesungguhnya kaya?

Gaji dan menjadi kaya

Di setiap kesempatan Talkshow tentang financial planning, selalu saya katakan: Gaji tidak berhubungan dengan KAYA, tapi dengan LIFESTYLE. Anda punya gaji besar, tapi semua habis buat gaya hidup sekarang, artinya Anda miskin buat masa depan. Sebaliknya, meski gaji kecil, tapi kalau pandai mengatur untuk hari ini, lusa, dan masa depan, maka peluang menjadi kaya lebih besar.

Suka atau tidak, langkah pertama menjadi kaya adalah melakukan financial check up. Ayo catat pengeluaran Anda selama 3 bulan terakhir. Buatlah yang namanya 30 Days Cashflow, yang langsung membagi pengeluaran Anda untuk 1) Tabungan & Investasi, 2) Biaya hidup rutin, 3) Cicilan utang, dan 4) Biaya gaya hidup. Kalau Anda hobi makan malam atau kongkow di kafe sepulang bekerja, coba periksa. Berapa pengeluaran untuk acara nongkrong tersebut setiap bulan. Jangan kaget kalau ternyata angkanya mencapai 40% dari gaji sebulan!

Setiap bulan, gaji kita harus bisa dikeluarkan untuk 5 elemen ZAPFIN. Zakat harus dikeluarkan. Assurance bisa diperoleh dengan membeli asuransi dan punya dana darurat. Present Consumption, harus punya simpanan untuk membeli segala keperluan hidup dan bayar cicilan bulan ini. Future Spending, harus bisa menabung untuk mewujudkan keinginan kita yang dibawah 3 tahun. INvestment, harus berinvestasi untuk masa depan kita dan keluarga nantinya.

Kedua, buatlah daftar aset dan utang yang Anda miliki saat ini. Untuk aset, bagilah menjadi aset lancar, aset konsumsi, dan aset investasi. Tabungan operasional, kas kecil, dan deposito bisa masuk ke aset lancar. Rumah, mobil, perhiasan emas, akan masuk ke aset konsumsi. Sedangkan reksadana, saham, ORI, Sukri, dan unit link tergolong aset investasi. Kurangi total aset yang dimiliki dengan total saldo utang Anda. Jika selisihnya negatif, secara sederhana saya katakan “Mohon maaf, Anda miskin”.

Supaya kaya dan tetap kaya

Untuk bisa jadi tetap kaya, maka kita harus punya aset finansial yang jumlahnya cukup untuk menutupi pengeluaran rutin bulanan hingga meninggal dunia lho!

Sebagai contoh, jika biaya hidup kita sebesar 5 juta sebulan, dan kita punya sawah yang menghasilkan panen 4 juta sebulan, kita sudah 90% menuju status tetap kaya. Kita hanya perlu bekerja cari penghasilan untuk 1 juta lagi, sisa penghasilan bisa untuk investasi dan sesekali hura-hura.

Nah, kalau kita masih jauh dari usia pensiun (baca: berasa muda :p), usahakan pilihan investasi di aset dengan potensi return diatas 15% per tahun seperti logam mulia, reksadana campuran atau saham, saham biasa, dan bisnis. Nanti, 3 tahun sebelum pensiun, konversi aset tersebut ke instrumen yang bisa memberikan arus kas bulanan seperti ORI, Sukri, Deposito, atau usaha penyewaan. Tujuan finansial kita adalah memiliki aset lebih besar dari utang, dan punya arus kas bulanan dari aset yang bisa menutup pengeluaran rutin bulanan. Inilah kondisi yang disebut tetap kaya, tanpa perduli berapa gaji kita dan berapa banyak rumah yang kita punya.

Sejahtera untuk diri sendiri

Saya akui gengsi yang harus ditampilkan keluar, kadang menghambat diri sendiri menuju tahap tetap kaya. Kita cenderung memilih terlihat “tampak kaya”, meski keropos didalam. Sudah terlalu banyak saya bertemu dengan orang yang tak peduli dengan masa depannya, seakan-akan hidup itu hanya untuk hari ini. Marilah kita menjadi orang kaya yang sesungguhnya untuk mencapai hidup indah dan sejahtera. Live a beautiful life!

Published by pritaghozie

Co-founder & CEO ZAP Finance | Financial Planner & Educator | Book Author | Mother & wife.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: