Beberapa minggu terakhir ini, Alhamdulillah saya dapat kesempatan untuk bisa roadshow untuk memberikan mini-seminar dan talkshow mengenai investasi kepada masyarakat umum di Jakarta dan luar Jakarta. Seru banget! Ternyata masih banyak teman-teman yang menggunakan tabungan untuk investasi jangka panjang, dan “main index” untuk bayar sekolah anak :p….
Dalam financial planning, kita harus tahu produk-produk investasi apa saja yang saat ini tersedia di pasaran, dan mana yang paling sesuai dengan tujuan finansial kita. Saat ini, kita bisa gunakan Logam Mulia atau emas, ORI, Sukuk Ritel, reksadana, dan saham sebagai produk investasi untuk mencapai berbagai tujuan finansial. Berdasarkan pengalaman saat roadshow, kebanyakan orang sudah tahu tentang emas dan properti. Tapi, reksadana ternyata masih jadi barang awam yang masih “ditakuti”.
Kita semua sudah tahu kan, kalau salah satu prinsip investasi itu adalah “Don’t put your eggs in one basket”….ya kalau keranjangnya jatuh, kan resikonya telur pecah semua :). Saya sudah menjadi seorang investor reksadana sejak masih jadi pelajar SMU, tepatnya tahun 1996 dulu. Dan sampai dengan sekarang, saya masih mempercayakan reksadana sebagai salah satu produk investasi yang saya gunakan untuk tujuan finansial: Dana pendidikan Arzie dan Nizieta, dan dana liburan keluarga. Mau tahu apa dan kenapa saya investasi dengan reksadana?
Apa itu reksadana?
Menurut kamus keuangan, reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam Portofolio Efek oleh Manajer Investasi. Bingung? Sederhananya seperti ini.
Misalkan Anda ingin berinvestasi di saham, tetapi baru punya dana sebesar Rp. 500,000. Berdasarkan info, harga saham Telkom yang Anda incar saat ini nilainya Rp. 8,000 per lembar saham. Kalau mau beli saham, syaratnya 1 lot yang sama dengan 500 lembar saham. Jadi, butuh Rp. 4 juta dong kalau mau beli 1 lot saja.
Ternyata, yang minat beli saham Telkom ada 50 orang yang masing-masing cuma punya dana Rp. 500,000. Kalau dihitung-hitung, uang yang terkumpul dari 50 orang menjadi Rp. 25 juta. Cukup dong untuk beli 6 lot saham Telkom!
Akhirnya, diputuskan semua investor mengumpulkan uang, dimasukkan ke sebuah rekening, dan dibelikan 6 lot saham Telkom. Lalu, ditunjuklah satu orang menjadi pengurusnya, atau disebut Manajer Investasi. Nah, kumpulan dana yang Anda dan 49 investor lainnya itulah yang disebut sebagai Reksadana.
Apa saja jenis reksadana?
Kalau di penjelasan saya sebelumnya uang investor hanya dibelikan 1 jenis saham oleh si manajer investasi (MI), maka pada prakteknya uang yang terhimpun bisa dibelikan berbagai jenis saham, produk pasar uang, dan obligasi. Sehingga, reksadana itu merupakan suatu portofolio investasi. Satu reksadana harus terdiri dari minimal 10 jenis instrumen investasi. Berdasarkan alokasi uang-uang yang ditanamkan, maka sebuah reksadana dapat berjenis reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, reksadana campuran, reksadana saham, dan reksadana indeks.
- Reksadana Pasar Uang (RDPU). Ini adalah reksadana jangka pendek dengan risiko yang relatif paling kecil. Dana dalam reksadana ini akan ditempatkan pada instrumen pasar uang seperti tabungan, deposito atau surat utang yang harus jatuh tempo di bawah 1 tahun. Modal awal yang ditempatkan relatif tidak akan berfluktuasi, tapi imbal hasilnya pun juga relatif paling kecil dibanding reksadana lainnya. Biasanya, saya dan financial planner ZAP Finance menggunakan target hasil 6% per tahun.
- Reksadana Pendapatan Tetap (RDPT). Ini adalah reksadana dengan risiko yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan RDPU namun potensi imbal hasilnya pun lebih tinggi. Dana pada RDPT ditempatkan pada instrumen Surat Utang Negara (SUN) maupun surat utang (obligasi) korporasi. Nah, untuk yang ini saya biasanya mematok target hasil 10% per tahun.
- Reksadana Campuran (RDC). Ini adalah reksadana yang menggunakan instrumen investasi campuran antara saham dan obligasi. Nah, yang harus diperhatikan, karena judulnya campuran, si MI bisa saja mencampur saham dan obligasi dengan komposisi 50:50 atau bahkan 70:30. Itu sebabnya, selalu perhatikan reksadana campuran ini berjenis moderat atau agresif, dari komposisi alokasi investasinya. Reksadana campuran sangat cocok buat Anda yang ingin mencoba investasi saham, tapi masih suka jantungan kalau melihat harga saham terjun bebas. Saya biasanya mematok target hasil 15% per tahun dan hanya digunakan untuk tujuan finansial diatas 5 tahun.
- Reksadana Saham (RDS). Reksadana ini menggunakan instrumen investasi saham dan instrumen pasar uang. Alokasi di saham bisa mencapai 95%. Sehingga, jika IHSG melambung, tidak perlu heran kalau harga reksadana pun menjulang tinggi. Saya, biasanya mematok target hasil 20% per tahun dan hanya digunakan untuk tujuan finansial diatas 8 tahun.
Reksadana diterbitkan dan dikelola oleh MI. Nah, para MI ini adalah perusahaan-perusahaan manajer investasi nasional seperti: BNP Paribas, Danareksa, Mandiri Manajemen Investasi, Manulife Asset Management Indonesia, Samuel Asset Management, atau Schroder.
Dimana belinya? Anda bisa langsung menghubungi bagian penjualan dari perusahaan sekuritas tersebut. Alternatif lain adalah membeli melalui bank. Saat ini, mulai banyak bank yang menawarkan produk-produk reksadana bagi nasabahnya. Kemudahan dari sisi administrasi merupakan keunggulan membeli via bank. Namun, perhatikan juga seringkali bank mengharuskan Anda menempatkan minimum investasi mencapai 20 juta rupiah. Sehingga, untuk investor pemula sebaiknya memilih Bank yang bisa memberikan fitur mencicil investasi dimulai dengan angka Rp. 100 ribu saja!
Mengapa Reksadana?
- Reksadana merupakan sarana investasi yang paling memungkinkan bagi kita para investor kecil. Bayangkan, hanya dengan dana minimal Rp. 200 ribu saja, Anda sudah bisa membeli reksadana dan berinvestasi. Kalau mau dibelikan saham Bank Mandiri misalnya, 1 lot butuh modal Rp. 4 juta. Ditempatkan dalam deposito pun belum tentu dapat diterima oleh Bank.
- Semua jenis investasi pasti memiliki resiko. Tingkat resiko investasi di reksadana sangat tergantung dari jenis reksadananya sendiri. Urutan resiko dari kecil ke besar adalah dari reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, reksadana campuran, dan reksadana saham. Jadi, kita bisa pilih tingkat resiko yang masih sanggup kita ambil dengan cara memilih jenis reksadananya.
- Reksadana cukup likuid. Semua dana investasi yang kita miliki, 100% milik kita dan kapan pun dapat kita cairkan. Saat mencairkan, biasanya kita terkena biaya penjualan antara 1%-3%.
- Dikelola oleh orang yang profesional. Seorang Manajer Investasi, namanya akan terdaftar di Bapepam-LK dan harus sudah memiliki sertifikasi Wakil Manajer Investasi. Kapan lagi dengan Rp.200 ribu bisa punya asisten investasi sendiri? Gaya banget deh….
Jujur saja, sejak munculnya reksadana di tahun 1996, saya sangat senang. Sudah tidak ada lagi alasan seseorang tidak sanggup berinvestasi. Selain produk seperti LM atau deposito, sekarang kita punya lagi plihan sarana investasi untuk mencapai berbagai tujuan finansial yang kita inginkan. Sudah tahu, sudah bisa….sekarang pertanyaannya: Mau tidak?
The best time to invest is 10 years ago. The second best time is today!
Live a Beautiful Life
TFS mbak Prita, saya jadi tertarik nih investasi di reksadana
Agak nyesel ikut asuransi+unit link krena sy yg ga ngerti dan terbuai oleh marketingnya :D, pdahal sy ingin investasi yg murni tanpa embel2 asuransi
Agar ga trlalu rugi, kapan saya tutup asuransi unit link saya yg sudah 2 tahun untuk beralih ke reksadana ya?
Makasih Mbak Prita 🙂
Mbak Maya, keputusan menutup asuransi unit-linked tidak bisa dipukul rata gitu. Coba lihat lagi tabel premi yang telah dibayar, dan berapa jumlah porsi investasi yg sudah boleh diambil. Dalam beberapa kasus, klien saya ada yg ambil porsi investasinya saja dan tdk bayar premi lagi sambil nunggu polis lapsed dgn sendirinya.
Mbak prita, terimakasih penjelasannya, saya baru mau memulai investasi di reksadana. Rencananya saya akan menyiapkan dana pendidikan anak saya dari mulai SD,SMP, SMA dan Universitas. Sebaiknya untuk masing masing tahap persiapan pendidikan jenis reksadananya apa ya Mbak? kalo SMP yang jangka waktunya masih 8 tahun lagi mbak. Mkasih ya mbak atas infonya, semoga mbak tambah sukses 😀
Tergantung profil risiko mba Endah sebagai investor. Lebih lengkapnya, penjelasan ini ada di buku saya Make It Happen! Sudah baca belum?